Sejarah Sabong Adu Ayam Pisau dari Filipina

Sabong di Filipina tidak lepas dari masuknya budaya Amerika pada zaman penjajahan di negri tersebut. Para pelaut yang berasa dari Amerika kadang membawa beberapa alat-atau barang bahkan binatang yang merupakan hobi mereka.

Sebenarnya di Filipina sendiri sejak zaman dahulu sudah dikenal budaya mengadu ayam dinegara dengan penduduk mayoritas beretnis tagalog ini. Mulai dari zaman penjajahan Spanyol dinegara ini tercatat bahwa sabung ayam sudah dikenal pada saat itu.

Dalam buku yang mencatat mengenai perjalanan Pelaut Spanyol ternama yaitu Ferdinand Maggelan yang tiba di Filipina pada tahun 1521 (Jocano, 1975. The Phillippines at the Spanish Contact, p 80). Dikatakan bahwa pada saat itu ia melihat beberapa orang mempraktikan acara mengadu dua ekor ayam di pasar atau tempat transaksi jual beli pada saat itu.

ferdinand magellan
Lukisan Ferdinand Magellan

Walaupun begitu, tidak ada catatan mengenai ayam yang diadu menggunakan ras ayam Filipina yang kita lihat sekarang di arena-arena. Tidak ada catatan mengenai Tari, sebuah pisau yang dipasangkan dikaki ayam yang diadu pada saat itu.

Pecah Perang Amerika dan Filipina

Setelah kekalahannya dalam Perang Spanyol-Amerika tahun 1898, Spanyol menyerahkan koloninya yang sudah lama dari Filipina ke Amerika Serikat dalam Perjanjian Paris. Pada tanggal 4 Februari 1899, hanya dua hari sebelum Senat A.S. meratifikasi perjanjian tersebut, pertempuran pecah antara pasukan Amerika dan nasionalis Filipina yang dipimpin oleh Emilio Aguinaldo yang mencari kemerdekaan daripada perubahan dalam penguasa kolonial.

Perang Filipina-Amerika berikutnya berlangsung selama tiga tahun dan mengakibatkan kematian lebih dari 4.200 orang Amerika dan lebih dari 20.000 pejuang Filipina. Sebanyak 200.000 warga sipil Filipina tewas karena kekerasan, kelaparan, dan penyakit.

Pada tahun 1907, Filipina mengadakan majelis terpilih pertama, dan pada tahun 1916, Undang-Undang Jones menjanjikan kemerdekaan akhirnya. Kepulauan menjadi persemakmuran otonom pada tahun 1935, dan AS memberikan kemerdekaan pada tahun 1946.

Selama pendudukan Amerika di Filipina inilah terjadinya percampuran kebudayaan antara kedua negara, Amerika yang pada saat itu sedang menggandrungi hobi Hackfight akhirnya menyebarkan hobi mereka tersebut di Filipina.

Hackfight adalah suatu kegiatan mengadu ayam menggunakan ras ayam aduan spesial dari Amerika yang waktu itu dikenal dengan nama Texas Gamefowls. Jenis ayam ini memang sangat indah dan saat itu hanya orang-orang tertentu saja yang mampu untuk memiliki dan memeliharanya.

Karena hanya orang-orang yang kaya dan berpengaruh saja yang memiliki jenis ayam ini, maka kadang-kadang terjadi pencurian telur ataupun ayam dari peternakan-peternakan yang kurang memiliki tingkat keamanan.

Sampai akhirnya sudah banyak yang memiliki jenis ayam aduan ini. Akhirnya di Filipina Sabung ayam Hackfight tumbuh pesat dan menjadi jati diri dari warga disana. Sampai kejaman modern, di Amerika sendiri kegiatan Hackfight sudah sangat dilarang karena dianggap menyiksa hewan.

hackfight di Filipina

Tetapi di Filipina sendiri acara ini dilegalkan dan tidak dilarang bahkan didukung oleh negara mereka. Tidak heran memang Filipina merupakan surga bari para Cockers (Orang-orang yang hobi mengadu ayam). Filipina dikabarkan bahkan mendapatkan keuntungan lebih dari 1 Milyar dollar Amerika tiap tahin hanya dari Taruhan Sabung ayam dinegara tersebut.

Bagi orang-orang yang menghabiskan waktu luang mereka menonton ayam saling mencabik-cabik, cockers adalah pria yang ramah, ingin memastikan olahraga mereka mendapat pendengaran yang adil. “Ini seperti kuda ras murni,” komentar Ray Alexander, seorang cockers Amerika. “Semuanya ada dalam garis keturunan.”

Kokpit adalah tempat di mana orang miskin dan orang kaya berkumpul. “Di mana lagi Anda dapat menemukan seorang senator dan seseorang dari daerah liar yang bersaing dengan pijakan yang sama?”

Apakah adu ayam benar-benar olahraga yang kejam? “(Adu ayam) tidak lebih kejam daripada mengadu ayam dengan lelaki seberat 150 kilogram di dapur dengan pisau besar.”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *